Pagi itu seorang kakek sedang bemenung "zain" namanya.
"Apa yang ada di fikiran ku, andaikan waktu berputar kembali aku tidak akan memilih pekerjaan ini, tidak akan meninggalkan keluarga." Zain seperti ingin mengetahui alasan semua kejadian dalam hidupnya.
Sembari melihat foto keluarga kecil yang terletak lesu diatas meja. Foto itu seperti sebuah album foto keluarga.
Kopi panas yang terletak diatas meja telah memberikan aroma khas kopi aceh meminta di sedu dengan sepenuh hati. Zain meminum, tanpa ia sadari air matanya menetes.
Rasa Kopi itu seperti membawanya ke sebuah titik cahaya, menyilaukan...
-------
"Ini dimana"
"Aku dimana"
Sesosok laki-laki muda datang dari arah depan zain, lalu tersenyum lebar kepadanya.
"Hai" bagaimana kabar mu.
Zain menatap dengan penuh keheranan ternyata laki-laki itu dirinya diusia muda, 22 tahun tepatnya.
"Kamu siapa" pertanyaan zain terucap terbatah-batah karena masih binggung.
Pertanyaan yang tidak dijawab membuat zain menjadi emosi, karena dia baru menyadari tubuhnya tidak bisa bergerak.
"Dan aku dimana, kamu Siapa, kenapa aku tidak bisa bergerak, hei berhenti lelucon ini. Aku benci dengan semua ini, kenapa aku harus disini"
Anak muda hanya tersenyum
"Hei, cepat kenapa aku harus disini, aku ini adalah orang berpangkat, aku yang punya banyak perusahaan, cepat lepaskan, aku akan menuntutmu karena berani membuatku tak bergerak."
Tersenyum
"Jangan hanya tersenyum lepaskan Aku, aku akan membuatmu dipenjara, aku tidak peduli wajah kita mirip. Aku akan tetap memenjarakan mu, akan ku suruh pengacara ke sini, aku akan menuntut mu"
"Heiiiiiiiiiiii". Kemarahan itu berubah sedikit demi sedikit menjadi rintihan meminta tolong.
"Hei anak muda tolonglah Aku, aku ingin kembali, aku ingin bebas, aku ingin menghabiskan waktu tuaku bersama dengan keluarga ku, aku ingin.
Tolonglah anak muda
Pemuda menatap wajah zain yang mulai tertunduk dan melepaskan air mata, wajahnya berubah.
"Anak muda aku mohon, lepaskan Aku. Aku ingin kembali. Aku ingin memperbaiki semuanya..."
Sosok anak muda menyentuh leher dengan lembut dan membisikkan sesuatu...
"Aku adalah dirimu, dan kamu adalah Aku".
Zain yang tertunduk menatap wajah anak muda dengan teduh dan penuh keheranan.
"Kamu adalah diriku ?"
"Iya"
"Kita dimana ?"
"..."
"Lalu ini semua untuk apa?, "
"Mengingatkan saudaraku"
"Apa ?"
"Kamu kesepian"
Zain langsung tertunduk dan menangis sekuat-kuatnya. Seperti ingin mencurahkan semua kesedihan yang dia pendam selama beberapa tahun ini.
" ada yang ingin kamu sampaikan saudaraku"
"Aku benci pekerjaan yang telah ku lakukan, meninggalkan keluarga, demi kesuksesan, aku benci, aku ingin mengulang waktu kembali, aku ingin"
Anak muda itu menyentuh tangan zain langsung seperti ada cahaya yang menampilkan penyebab kesedihannya seperti tampilan hologram.
"Apa ini"
"Kehidupan mu"
"Bolehkah aku mengulangnya ?"
"Tidak", sembari menggeleng kepala dengan lembut.
"Aku menyesal "
"Tidak ada yang perlu kamu sesali zain, lihatlah kehidupan mu, memilih pekerjaan, meninggalkan keluarga, memiliki jabatan, membantu orang lain, apa yang kamu sesali
"Aku ingin lebih banyak waktu dengan keluarga"
"Kamu memiliki banyak keluarga yang tanpa kamu sadari, kerabat, teman-teman, rekan kerja, bukan kah itu keluarga?, kamu tidak bisa menyesali apa yang terjadi zain"
"Tapi, aku iri dengan mereka yang menghabiskan waktu dengan keluarga"
"Karena setiap manusia memiliki perannya masing-masing, ketika kamu ingin mendapatkan sesuatu maka kamu akan melepaskan sesuatu"
"Aku harus bagaimana"
"kamu hanya perlu mencari tahu tujuan mu sesungguhnya diciptakan maka kamu akan paham seutuhnya inti kehidupan ini, kembalilah pada-Nya,"
"..."zain tertunduk dan terdiam seribu bahasa.
"Pembicaraan akan segera berakhir, ubahlah pemikiran mu, mulailah belajar bersyukur dan mengiklaskan "
"Saya akan kemana"zain bertanya heran dan dengan berlinang air mata.
"Tempat mu bukan disini wahai saudaraku, sampai bertemu lagi"
Anak muda itu menghapus air mata yang mengalir di pipi zain dan saat menutup mata seperti ada sekilas cahaya lampu.
-----
"Ayah sudah sadar", terdengar suara samar-samar dari anaknya zain.
Zain menangis dan berkata "Kita dimana sayang"
"Kita dirumah sakit Ayah, ayah tadi pingsan saat menyeduh kopi di rumah gadang. Kami langsung bawa kesini
"Bukankah kamu harus mengurus bisnis ayah di Jakarta".
"Ayah lebih utama"
"Ayah ingin kembali ke rumah gadang"
"Iya Ayah, kita akan kembali ke rumah gadang dan pusat bisnis ayah akan kita buat dekat dengan rumah gadang, agar kita bisa berkumpul"
Zain tersenyum dengan keikhlasan.
-----