Aku meraskan tubuhku tergincang lagi, aku merasa semua tubuhku diperiksa. Aku mendengarkan kata-kata yang sama, menanyakan namaku
"Siapa namanya dek" aku masih terdiam, sehingga pertanyaan itu kudengar untuk yang ketigakalinya, aku menjawab "ilham".
Celanaku disobek, luka ku diberikan obat yang tak aku mengerti. wajah ku ditutup kain berwarna putih. Aku merasa mata ku disuntik, sangat sakit sekali. Mata ini rasanya dijahit
entah berapa jahitanya, yang aku rasakan adalah perih. Plaster langsung di tempelkan diwajah ku. Tanggan kanan ku disuntik dengan sebuah cairan yang tak aku mengerti.
Ustad ku masih terus disamping ku. Om jon-istri tante ku- telah berada disampingku. Teman-teman pengajian ku telah sibuk mengurus
administrasi rumah sakit. Aku hanya terbaring lemah tak tahu apa yang harus kulakukan.
Ibuku datang dengan derai air mata. aku takut kenapa ibuku harus menangis. Aku hanya berusaha tersenyum dan tertawa untuk
sekedar menghibur orang tuaku. Teman-teman ku datang yang kulihat adalah elin-teman sekalasku, yang berasal dari Pasaman-,
boni-teman sekelasku, berasal dari mungka-, hendri-teman sekelasku, asal halaban yang ikut bersama jualan ayam-. mereka tampak heran,
aku berusaha tersenyum dan duduk, walaupun sangat sakit sekali. aku takut orang tuaku khawatir akan keadaan ku. Senyum adalah hal ku lakukan
untuk membuat mereka merasa bahwa aku baik-baik saja.
Satu jam begitu sangat singkat, dokternya mengecek tanggan kanan ku yang telah disuntuk. "apa ini gatal-gatal""tidak pak"
"syukurlah". Aku mendengarkan salah satu teman ku bertanya "untuk apa disuntik, pak""untuk mencegah adanya tetanus". Aku baru tahu
bahwa suntik itu untuk mengecek kondisi dari infeksi yang terjadi.
Aku sudah dibolehkan pulang. Jangankan untuk berjalan, untuk duduk adalah sesuatu yang sulit ku lakukan saat ini. Senyum itulah
yang bisa kulakukan untuk menghibur orang tuaku dan memangkas kekhawatiran sahabatku. Aku berjalan seperti tertatih-tatih. Badanku ditopang oleh
malaikat ku-ibuku tercinta-. Aku melihat 2 kakak kelasku -kak zilva dan temanya- memandang iba dengan kondisiku, aku senyum dan mengatakan "aman kak, cuma terjatuh biasa".
"maaf kakak ilham, gara-gara mau menjual ayam kakak jadi seperti ini""sudah takdir kak, ilham pulang dulu kakak". Aku sudah sampai di mobil om jon. Mobil itu melaju kencang
menuju rumah nenek ku.
Sudah menjadi tradisikeluarga, masalah sebesar apapun harus dibawah kerumah nenek dulu satu malam, baru besok boleh kembali kerumah. Mungkin cara ini untuk meringankan
beban ibuku yang telah menjadi super women, wanita satu-satunya dirumah. Kami tinggal berempat Ayah, adik laki-laki-Khalis-, ibu dan aku.
Aku merasa sangat perih sekali pada pelipis mata sebelah kanan dan disekitar wajah. Aku berusaha melihat cermin ternyata wajahku terdapat luka pada bagian mata bawah
dan pada bagian mulut sebelah samping. Jangankan untuk makan, untu mengunyahpun sangat susah ditambah rasa ngilu yang diakibat jatuh menipa gigi atasku. kakek ku memberi saran
"gigitlah sekuat tenaga, kain handuk basah setiap hari agar posisi gigi kembali normal" aku mengiyakan sarannya.
Aku masih istirahat salam 1 minggu. Setelah itu aku berangkat ke PT. Jamika Raya untuk magang PKPM 1 disana selama 1,5 bulan. Pengalaman yang tak terlupakan.
Aku hanya bisa berbagi dengan bahasa seperti ini banyak pelajaran yang bisa diambi. Bersyukur, fokus, bersyukur, Pndai membagi waktu, jangan memaksakan diri,
nilailah teman saat kesusahan, bahwa sejelek apapun dirimu masih ada orang yang sayang pada mu-ibu-, selalu ingat Allah Azza Wajalla, lakukan yang terbaik dan ingat kita hanya
hidup sementara.
"Siapa namanya dek" aku masih terdiam, sehingga pertanyaan itu kudengar untuk yang ketigakalinya, aku menjawab "ilham".
Celanaku disobek, luka ku diberikan obat yang tak aku mengerti. wajah ku ditutup kain berwarna putih. Aku merasa mata ku disuntik, sangat sakit sekali. Mata ini rasanya dijahit
entah berapa jahitanya, yang aku rasakan adalah perih. Plaster langsung di tempelkan diwajah ku. Tanggan kanan ku disuntik dengan sebuah cairan yang tak aku mengerti.
Ustad ku masih terus disamping ku. Om jon-istri tante ku- telah berada disampingku. Teman-teman pengajian ku telah sibuk mengurus
administrasi rumah sakit. Aku hanya terbaring lemah tak tahu apa yang harus kulakukan.
Ibuku datang dengan derai air mata. aku takut kenapa ibuku harus menangis. Aku hanya berusaha tersenyum dan tertawa untuk
sekedar menghibur orang tuaku. Teman-teman ku datang yang kulihat adalah elin-teman sekalasku, yang berasal dari Pasaman-,
boni-teman sekelasku, berasal dari mungka-, hendri-teman sekelasku, asal halaban yang ikut bersama jualan ayam-. mereka tampak heran,
aku berusaha tersenyum dan duduk, walaupun sangat sakit sekali. aku takut orang tuaku khawatir akan keadaan ku. Senyum adalah hal ku lakukan
untuk membuat mereka merasa bahwa aku baik-baik saja.
Satu jam begitu sangat singkat, dokternya mengecek tanggan kanan ku yang telah disuntuk. "apa ini gatal-gatal""tidak pak"
"syukurlah". Aku mendengarkan salah satu teman ku bertanya "untuk apa disuntik, pak""untuk mencegah adanya tetanus". Aku baru tahu
bahwa suntik itu untuk mengecek kondisi dari infeksi yang terjadi.
Aku sudah dibolehkan pulang. Jangankan untuk berjalan, untuk duduk adalah sesuatu yang sulit ku lakukan saat ini. Senyum itulah
yang bisa kulakukan untuk menghibur orang tuaku dan memangkas kekhawatiran sahabatku. Aku berjalan seperti tertatih-tatih. Badanku ditopang oleh
malaikat ku-ibuku tercinta-. Aku melihat 2 kakak kelasku -kak zilva dan temanya- memandang iba dengan kondisiku, aku senyum dan mengatakan "aman kak, cuma terjatuh biasa".
"maaf kakak ilham, gara-gara mau menjual ayam kakak jadi seperti ini""sudah takdir kak, ilham pulang dulu kakak". Aku sudah sampai di mobil om jon. Mobil itu melaju kencang
menuju rumah nenek ku.
Sudah menjadi tradisikeluarga, masalah sebesar apapun harus dibawah kerumah nenek dulu satu malam, baru besok boleh kembali kerumah. Mungkin cara ini untuk meringankan
beban ibuku yang telah menjadi super women, wanita satu-satunya dirumah. Kami tinggal berempat Ayah, adik laki-laki-Khalis-, ibu dan aku.
Aku merasa sangat perih sekali pada pelipis mata sebelah kanan dan disekitar wajah. Aku berusaha melihat cermin ternyata wajahku terdapat luka pada bagian mata bawah
dan pada bagian mulut sebelah samping. Jangankan untuk makan, untu mengunyahpun sangat susah ditambah rasa ngilu yang diakibat jatuh menipa gigi atasku. kakek ku memberi saran
"gigitlah sekuat tenaga, kain handuk basah setiap hari agar posisi gigi kembali normal" aku mengiyakan sarannya.
Aku masih istirahat salam 1 minggu. Setelah itu aku berangkat ke PT. Jamika Raya untuk magang PKPM 1 disana selama 1,5 bulan. Pengalaman yang tak terlupakan.
Aku hanya bisa berbagi dengan bahasa seperti ini banyak pelajaran yang bisa diambi. Bersyukur, fokus, bersyukur, Pndai membagi waktu, jangan memaksakan diri,
nilailah teman saat kesusahan, bahwa sejelek apapun dirimu masih ada orang yang sayang pada mu-ibu-, selalu ingat Allah Azza Wajalla, lakukan yang terbaik dan ingat kita hanya
hidup sementara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar