Kampus bagi kami
adalah dunia pembelajaran yang bagus, bertemu dengan berbagai suku, budaya dan
personal yang unik. Kampus menyatukan
mimpi dari semua kalangan tidak berdasarkan harta dan juga bukan berdasarkan
keturunan. Kampus adalah tempat
mempersatu dan menyambung asa.
“
hei kay, bagaimana jualan ayamnya ? ” sahutku ke akay
“Lumayanlah
tang, buat nambah uang sehari-hari.
Sekarang banyak tugas jadi banyak mengeluarkan uang tang”
“Iya,
kay. Kabar orangtua bagaimana ?”
“
Sehat, tang. Kabar orang tua kamu tang
?”
“
Sehat, kay. Aku duluan ya, mau ketemu
dosen dulu”
Kami berdua satu Prodi di sebuah
perguruan tinggi negeri. Semester 7
telah kami selesaikan, menyisakan semester 8 yang penuh dengan biaya dan
perjuangan. Magang adalah momok yang
kami khawatirkan. Kami harus magang ke
Perusahaan untuk menambah ilmu dan menjadi bahan Tugas Akhir. Magang menakutkan bukan karena proses
belajarnya tapi terlebih masalah biaya yang dikeluarkan. Kami telah berusaha menabung untuk bisa
memenuhi biaya dengan bekerja sambil kuliah dengan berjualan ayam potong yang
kami ambil dari mahasiswa prodi lain.
--------
“
Kay, Sabtu kita jualan lagi ya, lumayan kuliah kosong. Tadi aku sudah hubungi langganan kita. 200 ekor ayam sudah siap dipanen besok”
“iya
tang, kita besok bertemu di tempat biasa ya”
“oke,
kamu kenapa kay ?”
“aku
binggung, tang. Uang yang aku kumpulkan
tidak cukup untuk biaya selama magang.
Biaya yang ada paling cukup untuk 1 bulan sedangkan magangnya 3 bulan. Orangtua ku juga tidak ada uang. Padahal waktunya tinggal 1 bulan lagi”
“Sudah
kay, besok kita jualan dulu. Jalan itu
pasti ada kok”
“
oke-oke, besok ya habis shubuh”
Aku meninggalkan akay menuju
kos. Sepanjang perjalanan aku memikirkan
bagaiamana caranya kami mendapatkan uang yang cukup untuk magang selama 3 bulan
diperusahaan. Uang aku sendiri cukup
karena uang penjualan ayam potong selalu ditabung, sedangkan akay menabung
seperempat keuntungan penjualan tiga perempat mencukupi kebutuhan sehari-hari
karena uang yang dikirimkan orangtuanya tidak cukup.
--------
Uang
akay masih belum ada waktu tinggal 1 Minggu.
Akay masih bingung untuk medapatkan biaya.
“Ada
apa kay ?”
“
ikut saja, aku juga bingung. Tadi aku
disuruh menghadap?”
“jangan-jangan
karena kamu absen gara-gara jualan ayam ?”
“sttt. ayo temani aku”
30 menit kemudian
“
Aku jadi magang tang. Aku diterima tang.
Diterima” (akay keluar sambil memegang kertas)
“
Kamu kenapa kay. Diterima apa ?”
“
Aku diterima magang dan langsung dikontrak tang”
“
Selamat kay. Ayo kita duduk dulu dipohon
itu. Coba ceritakan supaya aku paham”
“
iya ”.
Kami berjalan
menuju pohon dan membeli minuman.
“ayo
cerita dulu kay”
“oke,
dengar ya. Aku kemaren binggu tang. Tidak ada biaya untuk magang dan uang yang
tersisa tidak banyak. Aku menelfon orang
tua uang juga tidak ada. Tanpa sengaja aku melihat brosur penerimaan
beasiswa magang. Beasiswa ini gratis
mualai dari makan, transportasi dan diberikan beasiswa. Setelah tamat langsung bekerja disana. Persyaratan adalah ikut test. Aku ikut test itu, tapi aku merasa itu tidak
akan mungkin berhasil karena pesaingnya ketat.”
“tapi kenyataan kamu
lulus kay, kami hebat kay”
“
itu sepertinya bukan kerena kemampuanku tang”
“
Terus apa kay ?”
“Sedekah ku”
“
Sedekah ?”
“ Iya. Sewaktu aku
menjual ayam, aku melihat seorang ibu mendorong motornya sendiri dengan anak
kecil diatas motor. Aku heran tang,
kenapa tidak diperbaiki padahal bengkel sudah dia lewati. Ternyata ibu itu tidak punya uang untuk menganti
rantai motor yang rusak jadi mendorong motor sampai rumahnya kira-kira 7
km. Aku membantu mendorong dan
memberikan uang. Aku berlalu dan
tersenyum, ibu itu terus minta terimaksih dan berdo’an untuk ku”
---#---
Sedikit cerita
dari sahabat tentang indahnya berbagi.
Semoga kisah diatas bisa memberikan manfaat.
Jangan Takut berbagi sobat banyak manfaat yang
tersembunyi
“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar